Selasa, 01 September 2015

bebek

Bebek Kaleyo: Bebek Lezat & Murah

Bebek Cabai Hijau

Walaupun saya suka sekali memasak, tetapi terkadang keinginan untuk mencoba makanan yang dijual di luar tetap ada. Apalagi jika makanan tersebut diklaim lezat dan murah, lebih-lebih lagi jika dilihat dari luar pengunjung yang memenuhi warung makan atau restoran tersebut tampak membludak. Nah, kalau sudah seperti itu maka didorong rasa penasaran biasanya saya akan membulatkan tekad untuk mencobanya. 


Hari Kamis kemarin, sohib saya Meta, bercerita bahwa setiap kali dia pulang kantor melewati kawasan Tebet, Jakarta Selatan, dia melihat satu resto bebek yang ramainya luar biasa. "Baru buka tiga hari, Ndang, tapi selama tiga hari itu pengunjungnya ampun dah. Penuh! Mana mobil-mobil parkir berjubel menghabiskan badan jalan, jadi macet banget", ceritanya. Wah, bebek goreng atau bakar termasuk salah satu menu favorit kami berdua. Beberapa resto bebek yang masih layak dijangkau dari kantor saat jam makan siang pernah kami kunjungi, dan sekarang mendengar berita ada satu lagi resto bebek yang sepertinya menawarkan bebek dengan taste fantastis, saya jadi ngiler juga. "Hari Jumat kita coba yuk!". 

Bebek Cabai Hijau
Jadilah kami berdua mengisi jam makan siang menuju ke warung makan tujuan. Sampai disana kami dihadang dengan mobil-mobil yang parkir berderet di sepanjang jalan di sekitar resto. Syukurlah, mobil Meta masih mendapatkan space parkir tanpa kami harus berjalan terlalu jauh. Di depan restoran berdiri papan nama bertuliskan Bebek Kaleyo dan sebuah spanduk besar berwarna kuning dan oranye cerah di pintu masuk restoran dengan tulisan mencolok 'Sudah Dibuka Warung Bebek Paling Rame Se-Indonesia'. Klaim yang super pede ini sepertinya memang bukan asal comot jika melihat pengunjung warung yang penuh. 

Area makan restoran sangat luas dan lega, meja dan kursi ala warteg berjejer rapi dengan warna gelap. Meskipun jumlah mejanya sangat banyak, hampir semuanya terisi penuh, untungnya kami masih mendapatkan satu meja kosong dekat dengan pintu masuk. No problemo! Seorang petugas resto dengan cepat menghampiri kami dan menyodorkan menu yang ditawarkan, mayoritas tentu saja bebek (bebek cabai hijau, bebek kremes, bebek bakar dan beberapa menu bebek lainnya) dan  ternyata menu ayam juga ada disana. Kami memesan bebek goreng cabai hijau dan bebek kremes beserta nasi uduk dengan tambahan tahu - tempe goreng dan es jeruk. Melihat pengunjung yang ramai kami menduga pesanan kami akan diantar agak lama, dan betapa terkejutnya kami ketika kurang dari 15 menit pesanan telah datang. 

Bebek Kremes

Dua piring nasi uduk dengan bebek goreng cabai hijau dan bebek kremes memenuhi piring plus lalapan berupa irisan ketimun dan pucuk daun kemangi. Ukuran bebeknya cukup besar jika mengingat harganya yang hanya enam belas ribu rupiah per-porsinya. Sebenarnya kedua menu bebek yang kami pesan diolah dengan cara yang sama, bebeknya sama-sama digoreng garing, bedanya adalah permukaan bebek cabai hijau diolesi dengan sambal yang terbuat dari cabai hijau yang ditumis sedangkan bebek kremes tentu saja minus sambal tetapi ditambahkan siraman kremesan renyah diatasnya. Sebagai penambah nafsu makan, di atas meja telah disiapkan semangkuk sambal hijau yang pedas dan kecap manis. 

Bebek Kremes
Untuk menikmati Bebek Kaleyo anda harus menggunakan jari-jari tangan, karena resto ini tidak menyediakan sendok dan garpu. Mangkuk air untuk mencuci tangan pun tidak ada, tetapi dua buah wastafel tersedia di sudut restoran. 

Sekarang kita bahas rasanya, untuk bebeknya saya dan Meta mengakui sangat lezat. Potongan dada bebek digoreng garing hingga tulang-tulangnya renyah ketika dikunyah. Daging bebek yang seratnya biasanya agak alot terasa empuk dan bumbunya juga meresap hingga ke dalam, yang paling penting adalah bebas amis. Saya yang biasanya agak sensitif kalau berurusan dengan amis kali ini mengakui, bebek kaleyo tidak terasa amis sama sekali. Di beberapa resto bebek yang sebelumnya pernah saya cicipi dengan harga yang lebih mahal, walaupun rasanya lezat, tetap saja saya masih bisa mendeteksi bau amis bebek. Jadi, saya beri dua jempol untuk bebek kremes dan cabai hijaunya. 

Nasi uduknya menurut saya porsinya sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan porsi nasi yang biasanya dijual di warung ayam atau bebek goreng lainnya, yang jelas jika saya berencana untuk mengajak Tedy kesini, saya sudah tahu harus memesan dua porsi nasi langsung di muka. Karena saya yakin, porsi nasi di bebek kaleyo bagi Tedy hanya memenuhi 10% kebutuhan lambungnya :). Rasa nasi uduknya juga kurang mantap baik bumbu dan santannya, mungkin agar tidak eneg saat disantap dengan bebek yang berlemak. Mungkin... Bagi penggila lalapan, jangan berharap terlalu banyak ya, karena irisan ketimun dan daun kemanginya hanya seadanya saja. Dua iris ketimun dan satu pucuk kemangi, itu yang menghiasi piring saya :)

Murah kan?? Klaim di nota pembayaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar